Sumber: Langit Ilahi.
Apakah
bicara Allah berkenaan kesedihan?
Saya suka dengan
ayat-ayat ini:
“Kami
berfirman: Turunlah kamu semua dari surga itu! Kemudian jika datang petunjuk-Ku
kepadamu, maka barang siapa yang mengikuti petunjuk-Ku, niscaya tidak ada
kekhawatiran atas mereka, dan tidak (pula) mereka bersedih hati.” Surah Al-Baqarah ayat 38.
”
Sesungguhnya orang-orang mukmin, orang-orang Yahudi, orang-orang Nasrani dan
orang-orang Shabiin, siapa saja di antara mereka yang benar-benar beriman
kepada Allah, hari kemudian dan beramal saleh, mereka akan menerima pahala dari
Tuhan mereka, tidak ada kekhawatiran terhadap mereka, dan tidak (pula) mereka
bersedih hati. “Surah Al-Baqarah ayat 62.
“(Tidak
demikian) bahkan barang siapa yang menyerahkan diri kepada Allah, sedang ia berbuat
kebajikan, maka baginya pahala pada sisi Tuhannya dan tidak ada kekhawatiran
terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati.” Surah Al-Baqarah ayat 112.
“Orang-orang
yang menafkahkan hartanya di jalan Allah, kemudian mereka tidak mengiringi apa
yang dinafkahkannya itu dengan menyebut-nyebut pemberiannya dan dengan tidak
menyakiti (perasaan si penerima), mereka memperoleh pahala di sisi Tuhan
mereka. Tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka
bersedih hati.”Surah
Al-Baqarah ayat 262.
“Sesungguhnya
orang-orang yang beriman, mengerjakan amal saleh, mendirikan sembahyang dan
menunaikan zakat, mereka mendapat pahala di sisi Tuhannya. Tidak ada
kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati.” Surah Al-Baqarah ayat 277.
“Jika kamu
memperoleh kebaikan, niscaya mereka bersedih hati, tetapi jika kamu
mendapat bencana, mereka bergembira karenanya. Jika kamu bersabar dan bertakwa,
niscaya tipu daya mereka sedikit pun tidak mendatangkan kemudaratan kepadamu.
Sesungguhnya Allah mengetahui segala apa yang mereka kerjakan.” Surah Ali Imran ayat 120.
“Janganlah
kamu bersikap lemah, dan janganlah (pula) kamu bersedihhati, padahal kamulah
orang-orang yang paling tinggi (derajatnya), jika kamu orang-orang yang
beriman.” Surah Ali
Imran ayat 139.
“Hai Rasul,
janganlah hendaknya kamu disedihkan oleh orang-orang yang bersegera
(memperlihatkan) kekafirannya, yaitu di antara orang-orang yang mengatakan
dengan mulut mereka: Kami telah beriman, padahal hati mereka belum beriman; dan
(juga) di antara orang-orang Yahudi. (Orang-orang Yahudi itu) amat suka
mendengar (berita-berita) bohong dan amat suka mendengar perkataan-perkataan
orang lain yang belum pernah datang kepadamu; mereka merobah
perkataan-perkataan (Taurat) dari tempat-tempatnya. Mereka mengatakan: Jika
diberikan ini (yang sudah dirobah-robah oleh mereka) kepada kamu, maka
terimalah, dan jika kamu diberi yang bukan ini, maka hati-hatilah. Barang siapa
yang Allah menghendaki kesesatannya, maka sekali-kali kamu tidak akan mampu menolak
sesuatu pun (yang datang) daripada Allah. Mereka itu adalah orang-orang yang
Allah tidak hendak menyucikan hati mereka. Mereka beroleh kehinaan di dunia dan
di akhirat mereka beroleh siksaan yang besar.” Surah Al-Maidah ayat 41.
“Katakanlah:
Hai Ahli Kitab, kamu tidak dipandang beragama sedikit pun hingga kamu
menegakkan ajaran-ajaran Taurat, Injil dan Al Qur’an yang diturunkan kepadamu
dari Tuhanmu. Sesungguhnya apa yang diturunkan kepadamu (Muhammad) dari Tuhanmu
akan menambah kedurhakaan dan kekafiran kepada kebanyakan dari mereka; maka
janganlah kamu bersedih hati terhadap orang-orang yang kafir itu.” Surah Al-Maidah ayat 68.
“Dan
tidaklah Kami mengutus para rasul itu melainkan untuk memberi kabar gembira dan
memberi peringatan. Barang siapa yang beriman dan mengadakan perbaikan, maka
tak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka
bersedih hati.” Surah Al-An’am ayat 48.
“(Orang-orang
di atas A’raaf bertanya kepada penghuni neraka): Itukah orang-orang yang kamu
telah bersumpah bahwa mereka tidak akan mendapat rahmat Allah? (Kepada orang
mukmin itu dikatakan): Masuklah ke dalam surga, tidak ada kekhawatiran
terhadapmu dan tidak (pula) kamu bersedih hati.” Surah Al-A’raf ayat 49.
Saya tidak tahu
apa perasaan kalian apabila membaca semua terjemahan ini.
Tetapi saya, rasa
lega.
Rasa tenang.
Rasa damai.
Bila bersama
dengan Allah, ikut apa yang Rasulullah ajar, hidup bersungguh-sungguh
mengamalkan Islam, ajak manusia lain buat kebaikan, itu semua hakikatnya
memadamkan kekhuatiran, kesunyian, kesedihan, ketakutan dan sebagainya.
Betapa selepas
membaca ayat-ayat tadi, jelas kepada kita bahawa, kita tidak sepatutnya menjadi
manusia yang memanjang-manjangkan kesedihan mereka, terus jatuh dan jatuh ke
dalam lohong hitam perasaan mereka.
Kita ada Allah.
Dan kehidupan
kita bersamaNya memadamkan segala kenegatifan.
Penutup:
Kesedihan adalah keperluan. Tetapi dosnya tidak boleh berlebihan.
Sedih memang
baik. Sekali sekala ia melembutkan hati. Tanda jiwa yang sensitif. Tanda hati
yang peka.
Tetapi merendam
roh kita ke dalam kesedihan terlalu lama akan mereputkannya.
Apakah alasan
untuk memanjangkan kesedihan?
Kesedihan tidak
akan pernah menjadi penyelesaian kepada sesuatu masalah.
Maka
perhatikanlah masalah, bergerak menyelesaikannya.
Jika masalah itu bukan
datang dengan penyelesaian, sebagai contoh: Kematian rakan karib, murabbi
tercinta, ibu bapa tersayang dan sebagainya, hendaklah tabah dan melangkahlah
memandang apa yang masih ada pada kita.
Sesungguhnya
seorang mukmin itu tidak sepatutnya bersedih terlalu lama.
Kerana dia ada
Allah di sisinya.
Dan kesedihan
bukanlah cara seorang hamba Allah mengabdikan diri kepadaNya.